Books
[REVIEW BUKU] LELAKI HARIMAU – EKA KURNIAWAN.
Pada lanskap yang sureal, Margio adalah bocah yang menggiring babi ke dalam perangkap. Namun di sore ketika seharusnya rehat menanti musim perburuan, ia terperosok dalam tragedi pembunuhan paling brutal. Di balik motif-motif yang berhamburan, antara cinta dan pengkhianatan, rasa takut dan berahi, bunga dan darah, ia menyangkal dengan tandas. “Bukan aku yang melakukannya,” ia berkata dan melanjutkan. “Ada harimau di dalam tubuhku.”
©Eka Kurniawan
Pertama kali diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
Cetakan ketujuh
PT. Gramedia Pustaka Utama, Oktober 2016
PT. Gramedia Pustaka Utama, Oktober 2016
190 hlm.
***
Orang yang tidak mengenal Eka Kurniawan bisa dibilang masih cupu dalam mendalami kesusastraan Indonesia. Belum sah mengaku sebagai pecinta buku jika belum pernah membaca satupun buku karya Eka Kurniawan.
Alhasil saya kemudian mulai berburu buku-buku karya Eka Kurniawan supaya tidak disebut cupu. Terlebih circle saya sekarang adalah para pecinta buku.
Buku Eka Kurniawan yang pertama kali saya baca adalah Corat Coret di Toilet. Sejak pertama kali membaca buku Corat Coret di Toilet, saya cukup tertarik dengan Eka Kurniawan. Meski cerpen-cerpen di buku tersebut tidak begitu memenuhi ekspektasi saya, tapi secara keseluruhan saya sangat menikmati bagaimana cara Eka Kurniawan bercerita.
Karena masih sangat penasaran dengan Eka Kurniawan, akhirnya saya mulai berburu buku-buku Eka Kurniawan yang lainnya. Yang pertama kali masuk daftar perburuan saya adalah Lelaki Harimau.
Buku ini adalah buku yang membawa Eka Kurniawan mendapatkan nominasi The Man Booker International Prize 2016. Dengan buku ini juga Eka Kurniawan memenangkan FT/Oppenheimerfunds Emerging Voices 2016.
Karena penghargaan yang cukup mentereng, saya rasa buku ini cukup meyakinkan, dan harapannya buku ini bisa memenuhi ekspektasi saya.
Sejak membuka lembar pertama, saya sudah dikagetkan dengan berbagai testimoni. Ada banyak tokoh lokal hingga mancanegara yang memberikan testimoni—yang pastinya positif—terhadap buku ini.
Kurang lebih ada sekitar 19 testimoni yang ditampilkan dalam 3 halaman paling awal dari buku ini. Wow… Ini adalah sesuatu yang fantastis, tentu saja ekspektasi saya jadi makin bertambah.
Dan setelah membaca keseluruhan buku ini nyatanya Lelaki Harimau benar-benar diluar ekspektasi saya. Lelaki Harimau sudah benar-benar ada diluar prediksi saya. Kualitasnya ada diluar standar rate yang saya punya.
Sejak awal pembaca sudah ditunjukan secara gamblang bahwa buku ini berkisah tentang Margio yang membunuh Anwar Sadat melalui harimau yang ada dalam diri Margio. Saya agak heran, kenapa Eka membuka hal ini sejak awal. Bukankah seharusnya hal ini menjadi misteri dari ceritanya?
Baru saja masuk kalimat pertama di Bab pertama, pembaca sudah langsung disuguhkan dengan ending cerita“Margio yang membunuh Anwar Sadat”.
Lalu sebenarnya apa yang nantinya akan digunakan untuk mengikat pembaca jika semuanya sudah ditampilkan sejak awal. Tapi itulah jeniusnya Eka Kurniawan. Dia memiliki cara magic yang bisa tetap mengikat pembacanya meski garis besar cerita sudah dijabarkan di awal. Atau bisa dibilang, penulisnya sendiri yang menunjukan spoiler garis besar cerita.
Sebelum menulis review ini, saya sempat membaca beberapa review tentang buku ini. Berdasarkan review dari Bernard Batubara yang merupakan seorang penulis juga, teknik yang digunakan oleh Eka Kurniawan adalah foreshadowing.
Dalam teknik ini, penulis akan dengan gamblang menunjukan inti cerita, klimaks bahkan ending dari cerita sejak pembuka.
Teknik ini bisa dibilang cukup rawan, karena jika eksekusinya salah, pembaca akan menjadi malas melanjutkan membaca karena sudah mengetahui garis besar cerita sejak awal.
Tapi bukan Eka Kurniawan namanya jika tidak memiliki formula khusus untuk mengikat pembacanya.
Buku ini menggunakan sudut pandang orang ketiga yang tau segalanya. Dimana secara perlahan pembaca akan dibawa melihat kejadian pembunuhan ini dari berbagai prefpektif. Jadi pembaca akan disuguhkan berbagai prespektif dari masing-masing karakter. Untuk lebih menguatkan cerita, ditampilkan juga beberapa latar belakang kisah dari masing-masing karakter.
Agak sulit memang untuk menjelaskan gaya penulisan Eka di buku ini. Anda harus membaca sendiri untuk bisa memahami sensasinya.
Tak hanya permainan prespektif yang membuat saya betah membaca buku ini. Permainan alur cerita di buku Lelaki Harimau juga sangat ajaib. Jika diamati secara detail, sebenarnyaa timeline dari kisah pembunuhan Margio ini cukup pendek. Tapi kemudian Eka bermain-main dengan permainan alur maju mundur. Bengan menambahkan berbagai layer pendukung seperti latar belakang masa lalu masing-masing karakter, cerita di Lelaki Harimau ini akhirnya terasa jauh lebih padat.
Bukan Eka Kurniawan namanya jika tidak menyelipkan isu sosial. Isu kemiskinan dan kekerasan dalam rumah tangga adalah isu yang cukup bold dipaparkan dalam buku ini.
Banyak yang salah kaprah terhadap buku ini, bahkan mukin saya juga salah satunya. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa buku ini akan lebih banyak membahas tentang masalah keluarga.
Kebanyakan pasti mengira bahwa buku ini akan berkisah tentang sihir. Dimana ada seseorang yang akan berubah menjadi seekor harimau dengan kemampuan membunuh yang diluar nalar.
Tapi tidak. Bahkan selama menit demi menit kalian menghabiskan buku ini, kalian tidak akan ditunjukan bagaimana penggambaran secara gamblang Margio yang berubah menjadi harimau kemudian memiliki daya bunuh yang luar biasa.
Tak sedikit orang yang akhirnya merasa kecewa karena hal ini.
Meski tentu saja tidak ada karya yang sempurna. Begitu pula buku ini. Masuk bab-bab terakhir, saya mulai sering skip karena sudah mulai gregetan dengan ending ceritanya. Daya magic yang mengikat saya paragraf demi paragraf mulai hilang di bab-bab akhir.
Tapi buat saya ini adalah suatu cacat yang tidak begitu besar. Nyatanya sensasi after taste dari membaca buku Lelaki Harimau cukup dahsyat dan bisa bertahan sampai beberapa hari.
Lelaku Harimau masih meninggalkan bekas buat saya. Ada suatu pembelajaran yang sangat penting yang tertancap dalam dibenak saya. Saya bahkan sampai sempat berdiskusi dengan teman saya untuk membahas beberapa nilai-nilai kehidupan berdasarkan kisah yang disajikan di Lelaki Harimau.
Lelaku Harimau adalah karya sastra dari Indonesia yang sangat luar biasa. Bukannya saya terlalu berlebihan menilainya, tapi itulah nyatanya. Sudah banyak pihak yang mengakuinya.
Jika kalian belum membaca buku ini, sempatkanlah untuk membacanya. (JA)
Tidak ada komentar