Movies
[REVIEW FILM] SHOPLIFTERS: Memilih Siapa Keluargamu Sendiri.
Sinopsis: Osamu Shibata, seorang kuli dan juga pegutil toko yang cukup handal. Dia sering mengutil di toko bersama Shoto, anak laki-lakinya. Nobuyo Shibata, pasangan Osamu, bekerja di laundry. Aki, remaja putri yang bekerja sebagai stripper. Hatsue Shibata, nenek yang menjadi malaikat bagi keluarga shibata karena uang pensiunnya yang mampu membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Kemudian datanglah Yuri menjadi bagian dari keluarga shibata setelah ditemukan Osamu dan Shoto. Keluarga miskin ini begitu hangat, terkoneksi kuat, tapi tidak terikat seperti keluarga pada umumnya.
Director: Hirokazu Kore-eda
Writer: Hirokazu Kore-eda
Cast: Lily Franky (Osamu Shibata), Sakura Andô (Nobuyo Shibata), Kirin Kiki (Hatsue Shibata), Mayu Matsuoka (Aki Shibata),Jyo Kairi (Shota Shibata), Miyu Sasaki (Yuri Hojo), Etc.
Published: 20 July 2018 (JPN) | 29 November 2018 (USA)
Duration: 02h 01min
Rating: 9.0/10
***
SPOILER ALERT!!!
Shoplifters adalah satu-satunya film Kore-eda yang pernah saya tonton. Nama Kore-eda sepertinya cukup dikenal oleh kalangan pecinta sinema Jepang. Dari hasil riset kecil-kecilan yang saya lakukan, Kore-eda kerap “bermain-main” dengan tema keluarga.
Saya cukup penasaran dengan hasil racikan Kore-eda dalam mengolah tema keluarga. Namanya terlalu ikonik untuk diabaikan. Dan setelah selesai menonton Shoplifters, saya benar-benar kagum dengan cara Kore-eda mengeksekusi film bertema keluarga yang tidak bermain di ranah basic.
Shoplifters mengangkat tema keluarga dalam spektrum yang cukup jauh dari bayangan kita―orang-orang pada umumnya. Shoplifters mempresentasikan pada kita sebuah bentuk ikatan keluarga yang unik. Keluarga yang tak terbentuk melalui ikatan darah, keluarga yang dipertemukan oleh situasi tertentu yang kemudian mereka berbagi rumah dan hidup bersama.
Di awal film, kita diperlihatkan adegan seorang bapak dan anak laki-laki (Osamu & Shota) sedang mengutil di toko. Dalam perjalanan pulang, mereka menemukan seorang anak perempuan sekitar 5 tahun (Yuri/Juri) berada diluar rumah, kedinginan dan kelaparan. Karena suatu hal, akhirnya Yuri dirawat oleh keluarga ini dan dijadikan bagian dari keluarga mereka.
Anak ini kemudian dibawa ke rumah mereka. Dari situ kita bisa melihat anggota keluarga yang cukup normal. Sepasang suami istri (Osamu & Nobuyo), dengan seorang anak laki-laki 10 tahunan (Shota Shibata), seorang anak perempuan seusia 20an (Aki Shibata), dan seorang nenek (Hatsue Shibata).
Selepas dari sini, kita bisa melihat bahwa keluarga ini tampak biasa. Meski hidup miskin, mereka tampak begitu hangat dan bahagia. Mereka pada dasarnya memiliki pekerjaan biasa, tapi karena berpendapatan rendah, untuk menambah pendapatan, mereka mengutil barang kebutuhan sehari-hari.
Film ini mengalir cukup lambat dan sunyi. Minim sekali skoringnya. Beberapa menganggap ini sebagai sebuah kekurangan, tapi saya pribadi malah menikmati kesunyian tersebut. Saya malah bisa semakin mendalami bagaimana masing-masing tokoh dalam keluarga ini mengalami kesepian dan kesunyian batin yang luar biasa.
Mereka tertolak oleh masyarakat. Mereka mendambakan sebuah keluarga. Tampak dari Aki yang rela keluar dari rumah dan lebih memilih tinggal bersama nenek Hatsue yang begitu memperhatikannya. Osamu juga tampak begitu ingin menjadi ayah. Dia kerap meminta Shota untuk memanggilnya ayah. Nobuyo juga begitu ingin menjadi ibu. Saat Yuri bergabung menjadi bagian keluarga mereka, dia begitu menyayangi Yuri dan ingin menjaganya layaknya anak sendiri.
Dalam situasi ini, motivasi mereka untuk membangun keluarga mereka sendiri, dengan cara mereka sendiri (meski tidak sesuai dengan standar moral masyarakat) menjadi semakin kuat. Mereka percaya bahwa setiap orang berhak memilih keluarganya sendiri.
Jika “kasih” bisa menjadi ikatan yang cukup kuat dalam membangun sebuah keluarga, ikatan darah menjadi tidak penting lagi. Setiap anggota keluarga saling mengasihi satu sama lain, saling melindungi, saling menjaga dan saling menopang. Mereka percaya, bahwa ikatan semacam ini tidak kalah kuat dibandingkan dengan ikatan darah.
Tergambar saat orang tua kandung Yuri baru melaporkan kehilangan anaknya setelah beberapa bulan. Keluarga Shibata menyimpulkan hal ini sebagai bentuk ketidak pedulian orang tua kandung Yuri. Terlebih saat hari pertama menemukan Yuri dan ingin mengembalikan Yuri ke rumahnya, Osamu dan Nobuyo mendapati orang tua Yuri yang bertengkar hebat.
Nobuyo pun meyakini bahwa Yuri lebih memilih keluarga Shibata. Disitu Yuri dijaga, disayangi, dan dicintai. Bahkan ada satu adegan yang sangat menyentuh saat Nobuyo memeluk Yuri, menunjukan bahwa seharusnya begitulah seorang ibu, memberikan pelukan, bukan pukulan.
Meski setiap karakter dalam film ini tampak hidup diluar nilai moral masyarakat umum, namun kita bisa melihat sisi manusiawi dari mereka. Motivasi dari setiap hal yang mereka lakukan juga sangat kuat. Film ini seakan tidak menunjukan lubang. Setiap tindakan mengacu pada alasan tertentu dan berpegang pada nilai tertentu yang diyakini oleh keluarga Shibata.
Selain ceritanya yang indah eksekusi teknisnya juga cukup memukau. Shoot cameranya banyak yang menarik dan menguatkan narasi cerita. Akting dari masing-masing aktor juga sangat baik sehingga berhasil menghidupkan karakter di film ini.
Film ini juga tidak sekedar menjadi sebuah tontonan yang menghibur, film ini memiliki value yang besar. Ada beberapa isu yang diangkat. Isu yang cukup dekat di sekitar kita. Isu yang seharusnya kita pikirkan juga.
Isu sosial mengenai child abuse, isu perempuan, dan isu kemiskinan tampak begitu kental ditunjukan. Penyajian Kore-eda yang rapi dalam merajut beberapa isu ini masuk dalam cerita, membuat film ini memiliki daya ledak yang lebih kuat.
Nuansa yang dihadirkan dalam film ini tampak natural, tidak terlalu melankolis. Film yang bertema keluarga, biasanya diolah untuk menguras air mata penontonnya. Situasinya seolah dikondisikan untuk menyentil sisi sentimentil supaya penonton menangis.
Tapi tangan dingin Kore-eda mampu memberikan pada kita sebuah sajian yang jauh lebih mendalam. Film ini memberikan sindiran yang cukup kuat namun tidak preachy. Mungkin sedikit membuat haru, tapi penonton juga diajak untuk berkontemplasi, melihat kedalam dirinya sendiri, apakah kita sudah cukup manusiawi untuk menjadi manusia.
Film ini sangat penting untuk ditonton oleh kita semua. Melalui film ini, kita diajak untuk melihat sisi abu-abu dalam hidup. Bahwa hidup tidak sepenuhnya hitam atau putih saja. Ada sisi abu-abu juga disitu.
Manusia juga tak bisa sepenuhnya dibedakan dalam predikat baik atau buruk semata. Manusia melakukan berbagai tindakan, berlandaskan pada motivasi tertentu dan motivasi inilah yang membuatnya tampak abu-abu. Disinilah kemanusiaan kita diuji, apakah kita lebih memilih untuk menjaga nilai moral yang umum disepakati, atau kita memilih untuk berempati pada sesama manusia. (njhoo)
Nb: Film ini mendapatkan beberapa penghargaan yang bisa dilihat disini.
Yang selalu ditunggu
BalasHapus