[REVIEW BUKU] ENDORPHIN – R.E. HARTANTO.

endorphin-storyofjho1

Seorang pembunuh bayaran disewa untuk menghabisi nyawa seseorang. Ia menghabiskan waku seribu tujuh puluh hari enam hari sampai akhirnya dia menemukan bahwa targetnya ternyata sudah mati dan menjadi hantu. Wajah hantu itu sangat mirip dengan wajah nenek si pembunuh yang dicintainya – yang sudah wafat bertahun lalu. Pembunuh itu pensiun dari pekerjaannya lalu menetap di sebuah pedesaan dan menjadi penulis sampai meninggal. Kisah-kisah dalam buku ini ditemukan di pondok tempat tinggalnya.
© R.E.Hartanto
***
Alasan saya tertarik membaca buku ini tentu saja karena buku ini terbitan Buku Mojok, dimana saya adalah salah satu Pembaca Mojok.co. Semakin diyakinkan lagi setelah buku ini masuk sebagai salah satu buku terbaik rilisan tahun 2016 versi Rolling Stone Indonesia.
Setelah berhasil memecah celengan celeng (celengan saya memang berbentuk celeng-sudah percaya saja), akhirnya saya memutuskan untuk membeli buku ini di Gramedia. Buku ini tersembunyi dirak yang tidak sesuai dengan yang tercantum di katalog. Sebuah achivement tersendiri bisa menemukan buku ini tanpa bantuan mas/mbak pelayan Gramedia. Saya merasa sedikit seperti Sherlock.
Saat membaca sinopsisnya, saya membayangkan akan mendapati sebuah kisah-kisah pembunuhan sadis yang pernah dilakukan si pembunuh bayaran tersebut. Ternyata ekspektasi saya terlalu cetek. Buku ini berisi kumpulan 22 kisah pendek dan panjang yang terkesan berserakan, namun sebenarnya setiap kisah memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.

R.E Hartanto membawa saya melintasi dimensi keabsurdan yang diluar nalar. Secara apik dia mengisahkan tentang seorang pemasar ulung, robot yang bisa memijat hingga raja yang merindu pada anjingnya hingga ke dunia orang mati.
Meski terbagi dalam 22 kisah, tapi buat saya ini adalah satu kisah utuh yang belum selesai dijahit oleh si pembunuh. Yang tentu saja sengaja dibuat berserakan oleh penulis buku ini supaya terlihat nyeni. Setelah membaca buku ini, saya tidak hanya berimajinasi tentang kisah-kisah yang dituliskan dalam buku ini, tapi juga berimajinasi tentang si pembunuh yang pensiun dan menuliskan kisah ini dimana ini dijadikan sinopsis pengantar buku ini. Yang jelas, untuk bisa menikmati buku ini kamu perlu melepaskan imajinasimu. Jika kamu masih terpaut dengan logika cetekmu, kamu belum cukup khusuk menunaikan ibadah mebaca buku ini.
Saya bahkan tidak bisa memilih satu diantara 22 kisah. Semua kisah begitu unik dan diceritakan dengan begitu sederhana. Cara berita R.E. Hartanto yang tidak terlalu njlimet ini cukup membantu orang-orang macam saya dengan IQ terjerembab untuk bisa menikmati kisah-kisah di bukunya. Tapi tetap saja, kisah-kisah dibuku ini benar-benar diluar nalar dan sama sekali tidak akan pernah terpikirkan.
Buku ini sangat menyenangkan untuk dibaca dan dinikmati. Yah, menyenangkan untuk dinikmati karena dibuku ini R.E Hartanto juga menampilkan berbagai gambar-gambar ilustrasi yang unik hasil karya tangannya sendiri. Awesome lah pokoknya gambar-gambar ilustrasinya. Saya jadi pengen belajar nggambar sama beliau di klinik dr. Rudolfo, tapi apalah saya yang penghasilannya cuma recehan. (JA)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.