[REVIEW BUKU] THE SEVEN GOOD YEAR – ETGAR KERET.

Seven-Good-Year-01

Bagi Etgar Keret hidup di daerah konflik tidak melulu tentang penderitaan. Lewat cara pandangnya yang unik dan jenaka, Keret selalu optimis bahwa segalanya akan baik-baik saja. The Seven Good Year adalah memoar dari penulis berkebangsaan Israel, Etgar Keret. The Seven Good Year adalah memoar yang humanis, cerkas, mengharukan, sekaligus lucu. Buku ini menceritakan tentang kehidupan Etgar Keret sebagai penulis dengan segala ironi yang dia hadapai. Namun dibalik itu, Keret juga selalu menemukan sudut pandang yang bisa ditertawakan.
©Etgar Keret
Penerjemah : Ade Kumalasari
Riverhead Books, New York, 2015
Bentang Pustaka, Indonesia, 2016
***
Sebagai seorang Comic atau Stand Up Comedian―yang gak tau kapan lucunya―saya diajarkan bahwa materi comedy bisa didapatkan dari keresahan, dan keresahan ini bisa didapatkan dari ironi yang pernah dialami. Jika sudah mendapatkan keresahan dari ironi yang dialami, tinggal ambil premisnya dan kemudian disusun menjadi materi comedy.
Dengan latar pengetahuan inilah saya bisa sedikit mengerti kenapa Etgar Keret membuat setiap ironi yang dia alami menjadi suatu bahan olok-olok.
Saya mengenal Etgar Keret dari Bernard Batubara. Bara sempat berkicau bahwa dirinya sedang mengagumi seorang penulis Israel yang menulis cerpen-cerpen mengagumkan.
Bara bahkan menterjemahkan beberapa cerpen, salah satunya adalah The Bus Driver Who Wanted to be God. Cerpen ini adalah salah satu cerpen yang masuk dalam buku kumpulan cerpen milik Etgar Keret berjudul : The Bus Driver Who Wanted to be God & Other Stories.
Setelah membaca cerpen ini saya langsung jatuh cinta dengan cara bertutur Etgar Keret dan bagaimana dia mengeksekusi ceritanya. Akhirnya saya mulai mencari beberapa cerpen lain yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh sejumlah blogger. Maklum, buku kumpulan cerpen Etgar Keret belum ada yang tersedia dalam bahasa Indonesia, masih bahasa Inggris. Daripada otak saya rematik karena harus menelaah arti dari tulisan bahasa Inggris akhirnya saya memilih mencari tulisan-tulisan yang sudah diterjemahkan oleh sejumlah blogger baik hati.
Semakin banyak saya membaca cerpen-cerpen Etgar Keret, semakin jatuh cinta―cinta yang bertepuk sebelah tangan karena kita sama-sama laki-laki dan Etgar Keret juga sudah beristri―pulalah saya.
Saya mengagumi bagaimana Etgar Keret selalu membuat cerita dengan ide-ide yang unik. Comedy satir sarkas yang kerap dia mainkan juga sangat mengagumkan. Ceritanya selalu memiliki muatan pesan yang mendalam dengan comedy yang tak pernah terkesampingkan.
Menurut saya Etgar Keret adalah penulis sekaligus peramu cerita comedy yang jenis. Sudut pandangnya tak biasa, analoginya unik, dan eksekusinya sangat apik. Unsur-unsur tadi diracik dengan sangat pas sehingga menjadi hidangan yang menyenangkan untuk dikonsumsi―seperti sayur kangkung masakan simbok.
Saat mendapat kabar buku memoar Etgar Keret telah terbit dalam bahasa Indonesia, saya langsung bergegas memburunya, hingga akhirnya sekarang ini The Seven Good Year sudah ada ditangan saya.
The Seven Good Year adalah sebuah memoar Etgar Keret selama 7 tahun kehidupan Etgar Kerat dimulai sejak kelahiran anaknya yang pertama, Lev. Buku ini menampilkan berbagai macam ironi yang dialami Etgar Keret baik secara pribadi maupun dengan keluarganya.
Meski berisi banyak ironi, Etgar Keret justru memberi judul buku ini The Seven Good Year. Etgar Keret seperti ingin menunjukan bahwa dibalik setiap ironi selalu ada hal-hal baik yang tersembunyi. Kita hanya perlu lebih tekun menyingkapkan setiap kejadian dan melihat dari berbagai sudut pandang hingga menemukan good things.
Etgar Keret banyak menceritakan  hal-hal yang dekat dengan keluarganya. Misalnya seperti saat Etgar Keret mengasuh anaknya dan membayangkan bahwa anaknya yang masih bayi bisa melakukan hal-hal luar biasa layaknya seorang pria pada umumnya diseluruh dunia. Atau tentang Ayahnya yang melarangnya menghadiri Ubud Writers and Readers Festival karena takut dirinya akan dibunuh orang-orang Indonesia yang mayoritas muslim dan anti-Israel dan anti-Semit. Atau tentang setiap perdebatan yang terjadi antara dirinya dan istrinya.
Setiap kejadian ini dibungkus dengan drama dan comedy yang terpadu dengan pas. Tak ada yang lain yang membuatnya begitu nyaman dibaca selain gaya bertutur Etgar Keret yang luar biasa.
Comedynya sangat berkelas dan melimpah dengan olok-olok. Gaya comedy ini sangat saya sukai. Begitu juga dengan sisi dramanya. Etgar Keret dalam beberapa kisah juga bertutur secara drama seperti saat dirinya merasa kehilangan kakak perempuannya yang menjadi semakin religius dan kemudian menarik jarak dengan seluruh anggota keluarganya. Ini adalah kisah yang paling saya sukai, begitu mengena buat saya.
Ada 35 kisah dalam 7 tahun yang dirangkum dalam buku The Seven Good Year ini. Setiap kisah sangat menyenangkan untuk dinikmati. Mungkin ada beberapa kisah yang agak sulit dimengerti karena gaya bertutur kelas tinggi yang digunakan Etgar Keret, namun jika lebih dalam lagi memahaminya, pasti akan mengerti.
Dalam buku ini juga menyampaikan beberapa hari besar dan adat budaya orang Israel. Dengan melihat hal ini mungkin kita bisa sedikit―ya hanya sedikit, tidak banyak―mengerti tentang Israel dan orang-orangnya.
Buku ini menjadi salah satu buku favorit saya. Mungkin ini bisa menjadi buku favorit kalian juga. Silahkan baca dan resapi setiap pengkisahan yang dilakukan Etgar Keret. Saya yakin kalian tidak ingin mau berhenti membacanya hingga selesai dan akan merasa takjub setelah menyelesaikannya. (JA)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.