Movies
[REVIEW FILM] LA LA LAND : Idealisme Mimpi Dalam Balutan Musikal.
Sinopsis:
Mia (Emma Stone), seorang wanita yang terobsesi dengan dunia akting. Dia
bermimpi ingin menjadi aktris. Sudah banyak audisi dia lalui, namun dia tidak
pernah berhasil mendapatkan peran. Sebastian (Ryan Gosling), seorang pianis
jazz yang memiliki idealisme tinggi dengan dunia jazz. Dia bermimpi memiliki
klub jazznya sendiri, dimana dia bisa memainkan musik jazz sendiri dan membuat
musik jazz bisa terus eksis. Mereka berdua bertemu dan saling jatuh cinta
hingga akhirnya terjebak dalam romansa dan pergolakan dengan cita-cita, mimpi
dan idealisme.
Director/Writer: Damien Chazelle
Cast:
Ryan Gosling, Emma Stone, Rosemarie
DeWitt, Jhon Legend, Callie Hernandez, J.K. Simmons, etc.
Published: 25 December 2016 (USA) | 7 January 2017 (IND)
Rating: 8.0
***
Setelah sukses dengan Wiplash, Damien Chazelle kembali
menghadirkan film yang mengangkat tema musik dan tak kalah suksesnya dengan
film terdahulunya. La La Land adalah sebuah film musikal dengan balutan musik
jazz yang fantastis.
Mengangkat tema tentang mimpi dan cinta, film ini telah
banyak membuat orang baper. Plot cerita yang sederhana dikemas dengan wadah
yang luar biasa. Tema yang terkesan cheesy ini berhasil
diolah dengan balutan sinematik yang luar biasa.
Sejak menit pertama, kalian
akan dimanjakan dengan camera moving mengagumkan.
Banyak long
take yang dihadirkan dengan tingkat kesulitan yang cukup
tinggi. Tone warnanya juga menguatkan efek drama dari film ini. Sangat teduh
dimata dan menyenangkan saat ditonton.
Pengambilan gambar saat di
jalan tol benar-benar membuat tercengang. Itu bagaimana caranya bisa mengambil
gambar sebagus itu. Tak heran jika film ini mendapatkan nominasi sebagai best
picture di Oscar 2017.
Scoring dan juga soundtrack
dari film ini juga patut menjadi perhatian lebih. Saya sangat menikmati setiap
moment dimana ada musik yang dimainkan.
Akting Ryan Gosling dan Emma
Stone juga juara. Saya sangat menyukai bagaimana Emma Stone bermain dengan
emosi yang meletup-letup. Tarian-tarian yang dihadirkan oleh Emma Stone dan
Ryan Gosling juga tidak bisa dikesampingkan. Gerakan yang luwes dan atraktif
dipadukan dengan permainan camera yang ciamik sangat memanjakan mata.
Film musikal ini tidak sekedar
mempertontonkan adegan menari dan bernyanyi yang biasa. Lagu yang dinyanyikan
dan tarian yang dibawakan sangat berhasil menghidupkan suasana dari film ini.
Saya yang tidak begitu menyukai tarian bahkan sangat terkagum-kagum dengan
koreografi yang dihadirkan di film ini.
Tapi sayang sekali, pengambilan
gambar yang begitu fantastis ini harus mengorbankan kekuatan cerita dari film
ini. Plot cerita tentang mengejar mimpi dan drama percintaan yang dihadirkan
seakan tak bernyawa. Seperti berlalu begitu saja. Ceritanya membuat ikatan yang
terlalu lemah.
Konfliknya mungkin terlihat
begitu nyata, bahkan sudah ditampilkan sejak menit pertama. Tapi sayang sekali
konflik ini terasa begitu kering. Kurang menggigit. Romansa antara 2 tokoh ini
bahkan terasa begitu delusional.
Tokoh-tokoh lain dalam film ini
juga seakan tidak dilibatkan. Tokoh-tokoh lain seperti sengaja tak diberi nyawa
dan dipaksa masuk dalam adegan untuk memenuhi kebutuhan munculnya alasan
terjadinya konflik atau membantu mengarahkan ke penyelesaiannya.
Suatu pengorbanan yang cukup
besar untuk bisa menghadirkan pengalaman sinematik yang luar biasa.
Saya bahkan agak sedikit
bingung dengan orang-orang yang merasa baper dengan film ini. Menurut saya
ceritanya tidak sekuat itu. Tidak cukup kuat untuk membuat baper, apalagi
menangis. Atau hati saya saja yang keras? Entahlah. Tapi saya juga akan merasa
kesal jika ada orang yang menyebutkan film ini jelek, come on liat
bagaimana artistiknya gambar yang dihasilkan.
Dibalik kekurangan dan
kelebihan yang dimilikinya, film ini sudah berhasil memikat banyak orang.
Bahkan film ini sudah siap menyambut Oscar 2017 dengan 14 nominasi. (JA)
Tidak ada komentar