[REVIEW FILM] LA LA LAND : Idealisme Mimpi Dalam Balutan Musikal.

4221396001_5195780524001_5195779166001-vs

Sinopsis: Mia (Emma Stone), seorang wanita yang terobsesi dengan dunia akting. Dia bermimpi ingin menjadi aktris. Sudah banyak audisi dia lalui, namun dia tidak pernah berhasil mendapatkan peran. Sebastian (Ryan Gosling), seorang pianis jazz yang memiliki idealisme tinggi dengan dunia jazz. Dia bermimpi memiliki klub jazznya sendiri, dimana dia bisa memainkan musik jazz sendiri dan membuat musik jazz bisa terus eksis. Mereka berdua bertemu dan saling jatuh cinta hingga akhirnya terjebak dalam romansa dan pergolakan dengan cita-cita, mimpi dan idealisme.
Director/Writer: Damien Chazelle
Cast: Ryan Gosling, Emma Stone,  Rosemarie DeWitt, Jhon Legend, Callie Hernandez, J.K. Simmons, etc.
Published: 25 December 2016 (USA) | 7 January 2017 (IND)      
Rating: 8.0
***

Setelah sukses dengan Wiplash, Damien Chazelle kembali menghadirkan film yang mengangkat tema musik dan tak kalah suksesnya dengan film terdahulunya. La La Land adalah sebuah film musikal dengan balutan musik jazz yang fantastis.
Mengangkat tema tentang mimpi dan cinta, film ini telah banyak membuat orang baper. Plot cerita yang sederhana dikemas dengan wadah yang luar biasa. Tema yang terkesan cheesy ini berhasil diolah dengan balutan sinematik yang luar biasa.
Sejak menit pertama, kalian akan dimanjakan dengan camera moving mengagumkan. Banyak long take yang dihadirkan dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Tone warnanya juga menguatkan efek drama dari film ini. Sangat teduh dimata dan menyenangkan saat ditonton.
Pengambilan gambar saat di jalan tol benar-benar membuat tercengang. Itu bagaimana caranya bisa mengambil gambar sebagus itu. Tak heran jika film ini mendapatkan nominasi sebagai best picture di Oscar 2017.
Scoring dan juga soundtrack dari film ini juga patut menjadi perhatian lebih. Saya sangat menikmati setiap moment dimana ada musik yang dimainkan.
Akting Ryan Gosling dan Emma Stone juga juara. Saya sangat menyukai bagaimana Emma Stone bermain dengan emosi yang meletup-letup. Tarian-tarian yang dihadirkan oleh Emma Stone dan Ryan Gosling juga tidak bisa dikesampingkan. Gerakan yang luwes dan atraktif dipadukan dengan permainan camera yang ciamik sangat memanjakan mata.
Film musikal ini tidak sekedar mempertontonkan adegan menari dan bernyanyi yang biasa. Lagu yang dinyanyikan dan tarian yang dibawakan sangat berhasil menghidupkan suasana dari film ini. Saya yang tidak begitu menyukai tarian bahkan sangat terkagum-kagum dengan koreografi yang dihadirkan di film ini.
Tapi sayang sekali, pengambilan gambar yang begitu fantastis ini harus mengorbankan kekuatan cerita dari film ini. Plot cerita tentang mengejar mimpi dan drama percintaan yang dihadirkan seakan tak bernyawa. Seperti berlalu begitu saja. Ceritanya membuat ikatan yang terlalu lemah.
Konfliknya mungkin terlihat begitu nyata, bahkan sudah ditampilkan sejak menit pertama. Tapi sayang sekali konflik ini terasa begitu kering. Kurang menggigit. Romansa antara 2 tokoh ini bahkan terasa begitu delusional.
Tokoh-tokoh lain dalam film ini juga seakan tidak dilibatkan. Tokoh-tokoh lain seperti sengaja tak diberi nyawa dan dipaksa masuk dalam adegan untuk memenuhi kebutuhan munculnya alasan terjadinya konflik atau membantu mengarahkan ke penyelesaiannya.
Suatu pengorbanan yang cukup besar untuk bisa menghadirkan pengalaman sinematik yang luar biasa.
Saya bahkan agak sedikit bingung dengan orang-orang yang merasa baper dengan film ini. Menurut saya ceritanya tidak sekuat itu. Tidak cukup kuat untuk membuat baper, apalagi menangis. Atau hati saya saja yang keras? Entahlah. Tapi saya juga akan merasa kesal jika ada orang yang menyebutkan film ini jelek, come on liat bagaimana artistiknya gambar yang dihasilkan.
Dibalik kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya, film ini sudah berhasil memikat banyak orang. Bahkan film ini sudah siap menyambut Oscar 2017 dengan 14 nominasi. (JA)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.