[REVIEW FILM] ALITA: BATTLE ANGEL – Kisah Cinta Cyborg Remaja di Dunia Cyberpvnk.

Poster Alita Battle Angel | Review

Sinopsis: Alita adalah sisa-sisa masa lalu yang ingin dihilangkan. Ditemukan Dr. Ido di tumpukan rongsokan yang kemudian diberikan tubuh dan dihidupkan. Tak ada ingatan yang tersisa, hanya respon tubuh yang luar biasa untuk bereaksi dan bertarung. Terlalu tampak jelas, Alita bukan cyborg biasa. Masa lalunya ternyata merekam hal besar. Mengetahui orang-orang tersayangnya terancam, Alita mempersiapkan dirinya untuk menghadapi pertarungan yang lebih besar. Pertarungan yang mengingatkannya pada sebuah misi yang belum terselesaikan.

Director: Robert Rodriguez

Writer: James Cameron (screenplay), Laeta Kalogridis (screenplay), Robert Rodriguez (screenplay), Yukito Kishiro (Manga).

Cast: Rosa Salazar (Alita), Christoph Waltz (Dr. Dyson Ido), Jennifer Connelly (Chiren), Keean Johnson (Hugo), Mahershala Ali (Vector), Ed Skrein (Zapan), Jackie Earle Haley (Grewishka), Etc

Published: 5 February 2019 (IND)

Duration: 2h 2min

Rating: 7.0

***



Alita ternyata merupakan adaptasi manga Battle Angel Alita yang terbit tahun 1990-1995 buatan Yukito Kishiro. Kenyataan ini saya baru tau setelah muncul keributan “#BiarReviewValid” di Twitter (tagar ini muncul dipicu sebuah twit yang menganggap review film Alita bisa valid jika reviewernya sudah baca manganya). Setelah tau hal ini tentu saja saya langsung menurunkan ekspektasi. Dilihat dari sejarah, adaptasi manga buatan Amerika biasanya tidak cukup memuaskan secara story.
Saya sama sekali belum membaca manga Battle Angel Alita sebagai source aslinya. Jadi saya tidak punya kapasitas untuk melakukan perbandingan dan memberikan penilaian apakah film ini merupakan adaptasi yang sukses atau tidak. Jika ada yang menganggapnya tidak valid, ya tidak masalah, tapi saya masih punya hak untuk membagikan pengalaman sepanjang menikmati film.
Karena banyaknya review beredar yang mengkritisi cerita di film Alita, pada akhirnya saya hanya bisa menaruhkan harapan pada efek visual dan adegan aksinya. Setidaknya kedua poin itulah yang banyak mendapatkan ulasan positif. Nama James Cameron dan Robert Rodriguez juga sudah terbukti mumpuni dalam memproduksi film semacam ini.
Dana produksi diats $150 juta ternyata digunakan dengan cukup optimal. Efek visualnya sangat memanjakan mata. Landscape dunianya (Iron City tahun 2563, 300 tahun pasca “The Fall”) sangat menarik. Iron City dengan kehidupan sosial masyarakatnya sebagai “produsen” tergambar dengan baik.
Di semesta film ini, manusia hidup berdampingan dengan robot dan cyborg. Penampakan visual karakter-karakter tersebut juga sangat realistik.
Poster Alita Battle Angel | Review

Melengkapi desain visualnya, sinematografi di film ini juga cukup apik. Beberapa adegan terasa lebih hidup karena kemasan shot kameranya. Terlebih untuk adegan aksi, scene pertarunganya tidak hanya sekedar terlihat epik, namun juga cukup nyaman untuk diikuti oleh mata kita.
Koreografi adegan pertarungan Alita juga menjadi hiburan tersendiri. Alita diceritakan memiliki kemampuan bela diri tangan kosong bernama Panzer Kunst. Pada setiap pertarungannya, kita akan melihat kelincahan Alita dalam mencabik-cabik musuhnya dengan tangan kosong.
Sayang sekali pencapaian dari segi produksi ini tidak disertai dengan kualitas naskahnya. Film ini gagal memenuhi ekspektasi banyak orang, termasuk saya.
Sebenarnya, secara tematik film ini sudah sangat menarik. Seorang cyborg yang dulunya merupakan pasukan elit dengan teknologi luar biasa, memiliki insting bertarung sangat tinggi. Dihidupkan kembali dan terlahir amnesia. Berusaha mencari tau jati dirinya, terus bertarung untuk melindungi orang-orang terkasihnya dan berusaha bertahan hidup dari kejaran musuh yang ingin mematikannya.
Dari sini saja sebenarnya ada cukup banyak bahan yang bisa digunakan untuk mengembangkan cerita. Tapi entah apa yang ada dipikiran James Cameron, dominasi ceritanya malah dipusatkan pada drama percintaan Alita dan Hugo.
Jika secara konsep ingin mengambil sikap eksistensial Alita sebagai pusat dan menunjukan sisi humanisme dalam diri Alita―yang adalah seorang cyborg―, dengan menghadirkan perasaan cinta, harusnya eksekusinya bisa dibuat lebih baik lagi.
Sayangnya kisah cinta Alita dan Hugo terasa sangat chessy dan dangkal. Alih-alih menghadirkan rasa yang manis, plot percintaan Alita dan Hugo malah terasa menjijikan.
Alita Battle Angel

Latar dunia pasca-Apokaliptik dengan semesta dunia yang terbagi 2―Zalem layaknya surga yang diidam-idamkan dan Iron City layaknya bumi yang penuh kesengsaraan―bahkan tak cukup banyak dimanfaatkan. Latar dunianya hanya menjadi tempat kejadian semata. Tidak ada value lebih. Padahal latar dunianya adalah source yang potensial untuk meningkatkan kedalaman cerita. Isu kelas sosial bisa disoroti lebih lagi.
Kedangkalan ceritanya menjadikan Zalem hanya sekedar tujuan dari mimpi Hugo, dan Alita yang sedang mabuk kepayang akan mengusahakan apa saja untuk bisa membantu Hugo mencapai mimpinya.
Plot ceritanya juga terasa berantakan. Ada banyak konflik yang ingin diangkat, ada banyak karakter yang ingin ditunjukan, tapi jahitan ceritanya menjadi terasa kurang rapi, bahkan dalam beberapa bagian tampak cukup klise.
Motivasi Alita juga tak konsisten, lebih lagi tujuan Alita juga tampak kabur. Setiap tindakan yang dia ambil (seperti ingin menjadi Hunter-Warrior dan ikut kompetisi Motorball) seakan cuma jadi jembatan untuk mengarahkan pada action sequence yang menjadi pertunjukan utama.
Tapi untungnya Alita cukup detail dalam menjelaskan hal-hal penting. Setidaknya sebagai penonton yang belum membaca manganya, bisa memahami garis besar cerita tanpa mengalami kebingungan yang berarti.
Pada akhirnya Alita hanya menjadi film blockboster pada umumnya. Sekedar menjadi hiburan, tanpa ada value lebih yang bisa dibawa selepas menonton. Meski tidak bisa dipungkiri, kualitas efek visualnya adalah sebuah karya seni yang patut diapresiasi.

Di ending film, nampaknya film ini akan diarahkan untuk memiliki sequel. Kabarnya, Alita akan dibuat trilogy. Jika memang benar demikian, semoga saja film-film selanjutnya bisa meningkatkan lagi kualitas naskahnya. (njhoo)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.